ESSAY: CUCU BUTI “CUMI – CUMI BUMBU TINTA” SEBAGAI WUJUD OPTIMALISASI POTENSI LOKAL MELALUI KULINER KHAS SULAWESI TENGAH GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL BERBASIS SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN
Essay ini merupakan karya saya bersama tim saya yaitu Novica Widya Astuti dan Arief Mualim ketika kami masih menuntut ilmu di UPN "Veteran" Yogyakarta semester 5. Essay ini kami buat guna mengikuti National Essay Competition yang diselenggarakan oleh HMBP PSDKU UNAIR.
CUCU BUTI
“CUMI – CUMI BUMBU TINTA”
SEBAGAI WUJUD OPTIMALISASI POTENSI LOKAL MELALUI KULINER KHAS SULAWESI TENGAH
GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN
NASIONAL BERBASIS SEKTOR
PERIKANAN DAN KELAUTAN
Novica
Widya
Astuti1 Arief Mualim2 Krisnawati3
Mahasiswa S1
Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian
Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Angkatan 2015
Sulawesi Tengah merupakan daerah
dengan potensi cumi – cumi yang
melimpah, bahkan dengan menggunakan peralatan yang
sederhana tangkapan cumi – cumi di Sulawesi Tengah mampu
mencapai 1.500
sampai dengan 1.800 ton
cumi –
cumi pertahun. Dua kawasan perairan
yang paling banyak
menyumbang cumi – cumi yakni Teluk Tolo, khususnya di wilayah Kabupaten Morowali dan
Morowali Utara yang menyumbang sebesar 37 persen serta
Teluk Tomini, di sekitar Kabupaten Parigi Moutong
sebanyak 33 persen. Akan tetapi, banyaknya potensi tangkapan cumi – cumi di Sulawesi Tengah tidak
di iringi dengan pemanfaatan dan
pengolahan secara maksimal. Salah
satu faktor yang mempengaruhi belum teroptimalisasinya cumi – cumi adalah sarana dan
prasarana yang digunakan oleh nelayan masih sederhana dan belum adanya bantuan pemerintah
untuk
meningkatkan
hasil tangkapan
cumi – cumi
di provinsi Sulawesi Tengah. Menurut Kepala
Dinas
Kelautan dan
Perikanan
Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo, hasil tangkapan cumi – cumi di
Sulawesi tengah sebagian besar di jual di pasar dan sebagian
lagi ditampung oleh pembeli cumi – cumi
yang umumnya beroperasi di
Kabupaten Banggai.
Penjualan hasil
tangkapan cumi
–
cumi yang diperoleh nelayan di Sulawesi Tengah biasa dijual dalam bentuk segar sehingga profit yang diperoleh nelayan masih sangat minim. Padahal
jumlah nelayan di Sulawesi Tengah mencapai 69.477 nelayan menurut
Dinas
Kelautan dan Perikanan
(Dislutkan)
Provinsi Sulawesi Tengah
(Sulteng). Dari jumlah 69.476 nelayan yang tersebar di Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala mencatat sebagai nelayan
terbanyak di Sulawesi Tengah, dengan
jumlah 18.539 nelayan, disusul Kabupaten Banggai dengan 7.715 nelayan dan Kabupaten Parigi Moutong
(Parmout) dengan jumlah
7.710
nelayan. Melihat
banyaknya jumlah nelayan yang ada di Sulawesi Tengah sehingga wajar apabila
hasil tangkapan cumi – cumi di Sulawesi Tengah melimpah. Banyaknya jumlah nelayan harusnya dapat mendorong optimalisasi
cumi
– cumi di Sulawesi Tengah.
Penjualan cumi – cumi hanya dalam bentuk segar kurang mendatangkan keuntungan yang signifikan bagi nelayan sehingga
diperlukan suatu trobosan
baru guna mengoptimalkan cumi – cumi di Sulawesi
Tengah.
Dalam era globalisasi saat ini perkembangan dunia bisnis berkembang
dengan sangat pesat, salah satunya
di bidang bisnis kuliner. Bisnis ini berkaitan
dengan kebutuhan pangan
manusia.
Pangan
merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia atau basic needs
sehingga pemenuhan terhadap
pangan menjadi hal mutlak bagi manusia yang ingin
tetap menjaga kelangsungan hidupnya.
Prospek usaha kuliner dengan bahan baku cumi – cumi dan tintanya
masih
memiliki peluang yang sangat baik karena cumi – cumi memiliki kandungan
gizi yang luar biasa yaitu kandugan protein yang lebih tinggi dibandingkan
dengan Baronang, Bawal dan Kepiting, memiliki
kandungan
mineral, dan
macam – macam vitamin. Kandungan protein cumi – cumi cukup tinggi yaitu 17,9 g/100gr
cumi
segar. Daging cumi – cumi memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut
lain yaitu tidak ada tulang
belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam
amino esensial yang
diperlukan
oleh tubuh.
Permasalahan yang sering muncul pada usaha di bidang kuliner
adalah
adanya penggunaan Monosodium Glutamate
(MSG). Menurut
Michelle Schoffro dari
Cook for Rodale Wellness, Monosodium
Glutamate (MSG) berkaitan
dengan banyak kondisi kesehatan
yang serius. Termasuk keseimbangan hormon, berat badan, kerusakan otak, kegemukan, sakit kepala. Penggunaan Monosodium Glutamate (MSG) bukan hanya merusak otak
tetapi juga bisa melemahkan fungsi
otak. Beberapa riset mengaitkan Monosodium Glutamate (MSG) dengan penyakit
Parkinson.
Melihat banyaknya
dampak negatif dari Monosodium
Glutamate (MSG), cumi – cumi dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti Monosodium
Glutamate (MSG)
terutama dengan melakukan optimalisasi tinta cumi.
Provinsi Sulawesi
Tengah memiliki
potensi kelautan dan perikanan
yang melimpah khususnya
tangkapan cumi –cumi, akan tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan terkenalnya Sulawesi Tengah sebagai provinsi pemasok
cumi – cumi
di tingkat nasional. Rendahnya usaha
yang merujuk pada pengolahan hasil laut seperti cumi – cumi
di Sulawesi Tengah di karenakan masyarakat
Sulawesi
Tengah lebih cenderung bergerak
pada bidang industri,
misalnya industri batu akik
yang menjamur di Palu. Rendahnya usaha yang bergerak dalam sektor
kelautan dan perikanan berdampak pada rendahnya usaha
yang bergerak dalam pengelolaan
limbah hasil
sektor kelautan dan perikanan khususnya cumi – cumi di
Sulawesi Tengah. Padahal usaha yang bergerak dalam
bidang kelautan dan perikanan
akan mempengaruhi perekonomian nasional.
Pertumbuhan industri
di sektor makanan dan minuman di Indonesia terbilang cukup baik. Kontribusi industri
makanan dan minuman terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) juga terbilang yang tertinggi
dibandingkan sektor industri
lainnya. Kontribusi industri makanan
dan minuman
terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia mencapai
Rp 540 triliun. Sektor industri ini memberikan
salah satu sumbangan
terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Industri makanan dan minuman nasional
mencatatkan pertumbuhan
sebesar 7,19 persen pada triwulan
II tahun 2017.
Perekonomian di Sulawesi Tengah pada
awal tahun 2017 mencapai
pertumbuhan sebesar 3,91 persen. Namun dalam
pertumbuhan tersebut peran kelautan dan perikanan serta industri kuliner
perikanan masih sangat rendah.
Padahal perekonomian di Sulawesi Tengah juga
berpengaruh terhadap perkonomian
nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional
mengalami kenaikan pertama
kali
dalam lima tahun terakhir, hal tersebut menggambarkan bahwa negara Indonesia
masih
terus
mengalami
pertumbuhan
ekonomi dan membutuhkan optimalisasi potensi negara
Indonesia guna mencapai pertumbuhan
ekonomi yang signifikan. Data Produk Domestik Bruto (PDB)
pada tahun 2016 mencapai 5,02
persen
dari
4,9
persen di
tahun 2015. Indonesia memerlukan
program – program yang memberdayakan potensi lokal yang dimiliki terutama
dalam sektor kelautan dan perikanan yang menjadi kekayaan negara Indonesia
agar kenaikan perekonomian Indonesia terus terjadi dan kesejahteraan
nasional dapat tercapai.
Berkaitan dengan pemberdayaan
potensi lokal di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah memiliki jumlah hasil tangkapan cumi – cumi yang melimpah, akan tetapi banyaknya potensi
tangkapan cumi – cumi di Sulawesi Tengah tidak
di iringi dengan pengolahan
secara optimal.
Menurut Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo,
hasil tangkapan cumi – cumi di
Sulawesi tengah sebagian besar di jual di pasar dan sebagian lagi ditampung
oleh pembeli cumi –
cumi
yang umumnya beroperasi di Kabupaten Banggai.
Kurang maksimalnya optimalisasi cumi – cumi menandakan bahwa pengolahan terhadap limbah yang dihasilkan oleh
cumi
– cumi juga masih sangat minim.
Cumi – cumi mampu menghasilkan limbah berupa tinta yang
biasanya hanya dibuang oleh masyarakat Sulawesi
Tengah, padahal
tinta cumi – cumi
apabila dioptimalkan akan mendatangkan profit bagi masyarakat. Perlu
diketahui bahwa kandungan dalam
tinta cumi – cumi sangat baik bagi kesehatan. Menurut
hasil penelitian di Handong University's School of Ocean Sciences, ternyata kandungan zat pada tinta cumi – cumi berupa protein anti kanker dapat memperlambat pertumbuhan sel tumor. Kandungan tinta cumi
–
cumi
yang
berupa melanin menyebabkan tinta cumi – cumi berwarna hitam, melanin amat
bermanfaat untuk melindungi tubuh
dari
radiasi matahari yang berbahaya, misalnya ultraviolet.
Selain dalam dunia kesehatan,
tinta cumi – cumi juga memiliki peranan
positif pada bidang kuliner. Hal tersebut karena tinta cumi – cumi mengandung asam glutamat dan asam amino yang memberikan rasa gurih dan sedikit asin seperti
saus ikan. Oleh karena itu tinta cumi – cumi dapat digunakan untuk penambah rasa alami pada hidangan
yang menggantikan kedudukan
Monosodium Glutamate (MSG). Monosodium Glutamate (MSG) adalah penyedap
rasa yang dipakai di seluruh
dunia yang tujuannya untuk meningkatkan citarasa sebuah
masakan agar menjadi lebih nikmat. Berdasarkan riset, penggunaan Monosodium
Glutamate (MSG) secara
terus
menerus
akan menimbulkan
bahaya seperti,
Monosodium Glutamate (MSG) dapat menyebabkan gemuk, Monosodium Glutamate (MSG) dapat menyebabkan kerusakan otak, Monosodium Glutamate (MSG) dapat memacu peradangan
hati, Monosodium Glutamate (MSG) dapat memperlambat perkembangan kecerdasan
anak, dan masih banyak lagi bahaya
Monosodium Glutamate (MSG)
yang
siap menjemput penggunanya. Berkaca pada bahaya penggunaan Monosodium Glutamate
(MSG), tinta cumi – cumi
dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti Monosodium Glutamate (MSG) pada makanan.
Potensi cumi – cumi yang melimpah di Sulawesi
Tengah adalah aset yang dapat
dioptimalkan guna meningkatkan
perekonomian Sulawesi Tengah.
Di Sulawesi Tengah cumi – cumi dapat meningkatkan perekonomian
dikarenakan jumlahnya yang melimpah sehingga untuk memperolehnya tidak dibutuhkan biaya tambahan lagi serta
hasil tangkapan cumi – cumi memiliki nilai ekonomi yang dapat
membantu perekonomian masyarakat
Sulawesi Tengah. Pengolahan cumi – cumi menjadi sate dengan bumbu tinta cumi – cumi
atau bisa disebut CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu
Tinta” menjadi
salah satu langkah yang dapat meningkatkan perekonomian di Sulawesi
Tengah. Sate CUCU BUTI “Cumi
– Cumi Bumbu Tinta” dapat
dijadikan sebagai kuliner khas Sulawesi Tengah yang wajib dinikmati ketika berkunjung di provinsi tersebut.
Banyaknya usaha yang bergerak di bidang
kuliner
yang menyediakan menu
sate CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” akan
meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dari
provinsi Sulawesi Tengah. Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)
tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat dan
kesejahteraan masyarakat.
CUCU BUTI
“Cumi – Cumi Bumbu
Tinta” merupakan kuliner yang
memiliki kompetitif dengan kuliner
lain, hal tersebut dapat digambarkan dari kelebihan – kelebihan yang
dimiliki kuliner sate CUCU
BUTI “Cumi – Cumi
Bumbu Tinta” dibandingkan dengan kuliner lainnya. Pertama, CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” merupakan olahan cumi – cumi dalam
bentuk sate yang diberi
bumbu dengan bahan baku tinta cumi – cumi, hal ini berarti bahwa kuliner CUCU BUTI
“Cumi – Cumi Bumbu Tinta”
berusaha untuk mengangkat potensi lokal yang dimiliki Sulawesi Tengah yaitu cumi – cumi dan tintanya yang saat ini masih dipandang
sebelah mata oleh masyarakat Sulawesi Tengah. Kedua,
CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” merupakan kuliner non Monosodium
Glutamate (MSG) karena penggunaan
bumbu tinta cumi – cumi dapat menggantikan peran dari Monosodium Glutamate
(MSG) pada makanan,
oleh sebab itu dapat dikatakan CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” merupakan trobosan kuliner yang
mengutamakan aspek kesehatan para konsumennya.
Ketiga, CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” belum
ada di daerah Sulawesi Tengah sehingga kuliner ini dapat dijadikan sebagai kuliner khas Sulawesi Tengah. Keempat adalah CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu
Tinta” banyak mengandung manfaat bagi kesehatan tubuh dan yang kelima yaitu sate CUCU BUTI “Cumi –
Cumi
Bumbu Tinta” merupakan makanan yang dapat dikatakan merakyat, sehingga hampir seluruh golongan masyarakat khususnya
masyarakat Sulawesi Tengah dapat menikmati sate CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta”.
Dari sederet kelebihan yang dimiliki sate
CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” terdapat sedikit kelemahan yaitu sate CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta”
merupakan kuliner baru
di masyarakat Sulawesi Tengah, sehingga
butuh waktu dalam proses
aktualisasinya kepada masyarakat.
Pembuatan
sate CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” dapat dilakukan dengan cara
yang sederhana, hal ini
bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam
melakukan pengolahan cumi – cumi sehingga produk kuliner
berbahan baku cumi – cumi dapat
dengan mudah menjamur di Sulawesi Tengah. Pembuatan CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” dibedakan menjadi 2
proses pembuatan yaitu
pengolahan cumi – cumi dan pembuatan bumbu tinta. Pembuatan bumbu tinta diawali dengan memisahkan kantung tinta dari cumi –
cumi. Pertama, memastikan cumi - cumi sudah dalam
keadaan mati, caranya
dengan memotong bagian kepala cumi.
Kemudian membelah
tubuh cumi – cumi menggunakan
gunting kemudian
memeriksa
bagian dalam
perut
cumi. Jika melihat bagian kantung kecil yang berwarna gelap, itu adalah kantung
penyimpanan tinta cumi – cumi. Gunting kedua ujung kantung ini secara
hati-hati. Ambil kantung tinta dan sisihkan pada wadah yang berbeda. Tinta segar dari cumi
– cumi ini siap diolah menjadi campuran makanan. Untuk membuat bumbu tinta bahan
– bahan yang diperlukan adalah 7 siung bawang merah ukuran kecil, 3
siuang bawang putih, 2
buah kemiri, 4 buah cabe rawit atau sesuai selera, 2 sdm saos tiram, garam
secukupnya, air jeruk nipis, dan tinta cumi – cumi. Langkah
pembuatan bumbu tinta adalah kantung tinta cumi – cumi yang telah dipisahkan dari tubuh cumi – cumi direbus bersamaan dengan rempah – rempah yang telah disediakan kemudian ditambahkan saos tiram sebagai tambahan rasa pada bumbu
tinta.
Pembuatan sate
cumi
– cumi dalam satu porsi
membutuhkan sebanyak 250
gr cumi – cumi,
2
sdm minyak
goreng dan
untuk
bumbu rendaman sate
dibutuhkan 3 siung bawang putih, 3
siung bawang merah, sebungkus bon cabe, 1
sdm gula merah, dan garam secukupnya. Langkah pembuatan sate cumi – cumi
diawali dengan
membersihkan cumi – cumi atau
memisahkan cumi
–
cumi dengan
tintanya, kemudian menghaluskan bumbu rendaman dan merendam cumi
– cumi selama 30 menit di dalam kulkas, kemudian menusuk – nusuk cumi –
cumi
menjadi bentuk sate. Bumbu rendaman yang tersisa
dapat ditambahkan minyak goreng dan gunakan sebagai bahan olesan selama proses pemanggangan. Selanjutnya cumi – cumi yang
telah ditusuk – tusuk dipangang
di atas teflon ataupun
pangangan hingga cumi – cumi matang. Sate cumi
– cumi yang telah dipanggang disajikan bersamaan dengan bumbu tinta yang telah dibuat dan sate CUCU
BUTI
“Cumi – Cumi Bumbu Tinta” siap untuk dinikmati.
Kuliner sate
CUCU
BUTI “Cumi
–
Cumi Bumbu Tinta”
merupakan kuliner yang berusaha
untuk mengangkat potensi
lokal yang ada di Sulawesi
Tengah yaitu cumi – cumi. Adanya CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” mendatangkan berbagai hal
positif yang dapat dirasakan
masyarakat di Sulawesi
Tengah diantaranya yaitu, dalam
bidang kesehatan CUCU BUTI “Cumi – Cumi
Bumbu Tinta” dapat menjadi pilihan kuliner yang menyehatkan
yang dapat dikonsumsi masyarakat. Selain itu, adanya
CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” akan memunculkan
usaha
–
usaha
baru
dibidang
kuliner yang pada
akhirnya akan menambah pendapatan bagi masyarakat di Sulawesi Tengah.
Sate CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta”
merupakan salah satu inovasi terbaru dalam
dunia kuliner khususnya di Sulawesi Tengah. CUCU BUTI
“Cumi –
Cumi Bumbu
Tinta” tidak hanya
mendatangkan manfaat bagi
masyarakat, bahkan pemerintah juga memperoleh
manfaat dari adanya
CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” sebagai kuliner khas di Sulawesi Tengah salah satunya yaitu CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” dapat dijadikan
sebagai media mengimplementasikan strategi ekonomi kreatif.
Secara umum manfaat yang dapat
diperoleh dari adanya kuliner sate CUCU BUTI “Cumi –
Cumi
Bumbu Tinta” adalah dapat digunakan sebagai media untuk
menjaga
kearifan lokal. Kearifan
lokal
yang dimaksud
adalah identitas suatu
daerah
berupa kebenaran yang telah tertanam dalam
suatu daerah khususnya
provinsi Sulawesi Tengah. Sate
CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu
Tinta” dapat
menjaga kearifan lokal di
Sulawesi Tengah sebab bahan baku
kuliner ini menggunakan hasil laut di Sulawesi Tengah dan pengolahan
terhadap tinta cumi –
cumi
dapat bernilai keunikan yang
kuliner khas dari Sulawesi Tengah. Selain itu,
sate
CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” dapat menciptakan lapangan pekerjaan
baru, perkembangan kuliner akan menciptakan banyak pasar baru, sehingga secara langsung akan menciptakan adanya ketersediannya
lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Apalagi jika pemerintah bisa mendorong berbagai sektor industri
makanan dan minuman untuk ikut terlibat
dalam menciptakan hasil kuliner yang semakin berkualitas
sehingga bisa memperluas pasar, maka dengan adanya kebijakan ini kebutuhan akan tenaga kerja juga akan semakin meningkat.
Meningkatnya lapangan
kerja tentu akan berdampak
pada berkurangnya tingkat
kemiskinan masyarakat di Sulawesi Tengah.
Kuliner sate CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” memberikan peluang terciptanya usaha – usaha di
bidang kuliner
di Sulawesi Tengah, bergeraknya roda perekonomian di Sulawesi Tengah juga dipengaruhi oleh sektor
kelautan dan perikanan, terlebih lagi sektor kelautan dan perikanan merupakan potensi terbesar di Sulawesi Tengah. Adanya potensi kelautan dan perikanan di Sulawesi Tengah memacu pertumbuhan sektor kuliner yang menjadikan hasil kelautan dan perikanan sebagai bahan baku utamanya. Usaha – usaha
dibidang kuliner tersebut akan menambah pamasukan bagi Sulawesi Tengah sehingga akan berdampak pada peningkatan Produk Domestik
Bruto di Sulawesi Tengah.
Optimalisasi
terhadap potensi tangkapan cumi – cumi yang melimpah di Sulawesi Tengah merupakan langkah yang
strategis guna mencapai
peningkatan perekonomian nasional. Salah satu implementasi pengolahan cumi – cumi adalah
sate CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” yang dapat dijadikan
sebagai kuliner khas
Sulawesi Tengah. Kuliner CUCU BUTI
“Cumi
–
Cumi Bumbu
Tinta” memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan baik dalam bidang kesehatan maupun
sosial kemsyarakatan. Optimalisasi cumi – cumi melalui sate CUCU
BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” dapat membuka peluang usaha di Sulawesi Tengah dan
akan berdampak pada perekonomian di Sulawesi Tengah. Akan tetapi dibutuhkan sinergitas peranan dari berbagai
pihak baik nelayan, masyarakat, dan pemerintah dalam pelaksanaannya sehingga selain meningkatkan
perekonomian Sulawesi Tengah CUCU BUTI
“Cumi – Cumi Bumbu Tinta” juga dapat meningkatkan perekonomian nasional.
Daftar
Pustaka
Buku:
Sampul, Maria R. 2001. Variasi Olahan Cumi- Cumi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Internet:
Anonim. 2017. Sulteng
Memiliki 69.476 Nelayan. Dalam http://sultengraya.com/2017/04/04/sulteng-miliki-69-476-nelayan/ diakses
pada 07 November 2017 pukul 08.54 WIB.
. 2017.
Perkembangan Usaha Restoran/ Rumah Makan
Berskala Menengah dan Besar Tahun 2007 – 2010, dalam http://www.budpar.go.id/userfiles/file/rekaprestoran2007-2010.pdf
diakses pada
07
November 2017
pukul 09.04 WIB.
BPS. 2012.
Data Strategis BPS 2012. Badan Pusat Statistik
Investor Daily. 2012. Kuliner Beri Pendapatan Terbesar
Bagi Industri Kreatif.
Diakses dari http://www.investor.co.id/tradeandservices/kuliner-beri- pendapatan-terbesar-bagi-industri-kreatif/49205 diakses pada 07 November
2017 pukul 08.54 WIB
Semoga Bermanfaat :)
Komentar
Posting Komentar