ESSAY: CUCU BUTI “CUMI – CUMI BUMBU TINTA” SEBAGAI WUJUD OPTIMALISASI POTENSI LOKAL MELALUI KULINER KHAS SULAWESI TENGAH GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL BERBASIS SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN

Essay ini merupakan karya saya bersama tim saya yaitu Novica Widya Astuti dan Arief Mualim ketika kami masih menuntut ilmu di UPN "Veteran" Yogyakarta semester 5. Essay ini kami buat guna mengikuti National Essay Competition yang diselenggarakan oleh HMBP PSDKU UNAIR.

CUCU BUTI “CUMI – CUMI BUMBU TINTA” SEBAGAI WUJUD OPTIMALISASI POTENSI LOKAL MELALUI  KULINER KHAS SULAWESI TENGAH GUNA MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NASIONAL BERBASIS SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN
Novica Widya Astuti1 Arief Mualim2 Krisnawati3

Mahasiswa S1 Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Angkatan 2015



Sulawesi Tengah merupakan daerah dengan potensi cumi cumi yang melimpah,  bahkan  dengan  menggunakan  peralatan  yang  sederhana  tangkapan cumi cumi di Sulawesi Tengah mampu  mencapai 1.500 sampai dengan 1.800 ton   cum –   cum pertahun.   Du kawasan   perairan   yang   palin banyak menyumbang cumi cumi yakni Teluk Tolo, khususnya di wilayah Kabupaten Morowali dan Morowali Utara yang menyumbang sebesar 37 persen serta Teluk Tomini, di sekitar Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 33 persen. Akan tetapi, banyaknya potensi tangkapan cumi cumi di Sulawesi Tengah tidak di iringi dengan pemanfaatan dan pengolahan secara maksimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi belum teroptimalisasinya cumi cumi adalah sarana dan prasarana yang digunakan oleh nelayan masih sederhana dan belum adanya bantuan pemerintah  untuk  meningkatkan  hasil  tangkapan  cumi   cumi  di  provinsi Sulawesi  Tengah.  Menurut  Kepala  Dinas  Kelautan  dan  Perikanan  Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo, hasil tangkapan cumi cumi di Sulawesi tengah sebagian besar di jual di pasar dan sebagian lagi ditampung oleh pembeli cumi – cumi yang umumnya beroperasi di Kabupaten Banggai.
Penjualan  hasil  tangkapan  cumi   cumi  yang  diperoleh  nelayan  di Sulawesi Tengah biasa dijual dalam bentuk segar sehingga profit yang diperoleh nelayan masih sangat minim. Padahal jumlah nelayan di Sulawesi Tengah mencapai  69.477  nelayan  menurut  Dinas  Kelautan  dan  Perikanan  (Dislutkan)




Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Dari jumlah 69.476 nelayan yang tersebar di Sulawesi Tengah, Kabupaten Donggala mencatat sebagai nelayan terbanyak di Sulawesi Tengah, dengan jumlah 18.539 nelayan, disusul Kabupaten Banggai dengan 7.715 nelayan dan Kabupaten Parigi Moutong (Parmout) dengan jumlah
7.710 nelayan. Melihat banyaknya jumlah nelayan yang ada di Sulawesi Tengah sehingga wajar apabila hasil tangkapan cumi cumi di Sulawesi Tengah melimpah. Banyaknya jumlah nelayan harusnya dapat mendorong optimalisasi cumi cumi di Sulawesi Tengah. Penjualan cumi cumi hanya dalam bentuk segar kurang mendatangkan keuntungan yang signifikan bagi nelayan sehingga diperlukan suatu trobosan baru guna mengoptimalkan cumi cumi di Sulawesi Tengah.
Dalam era globalisasi saat ini perkembangan dunia bisnis berkembang dengan sangat pesat, salah satunya di bidang bisnis kuliner. Bisnis ini berkaitan dengan  kebutuhan  pangan  manusia.  Pangan  merupakan  salah  satu  kebutuhan dasar manusia atau basic needs sehingga pemenuhan terhadap pangan menjadi hal mutlak bagi manusia yang ingin tetap menjaga kelangsungan hidupnya.
Prospek usaha kuliner dengan bahan baku cumi cumi dan tintanya masih memiliki peluang yang sangat baik karena cumi cumi memiliki kandungan gizi yang luar biasa yaitu kandugan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan Baronang,  Bawal  dan  Kepiting,  memiliki  kandungan  mineral,  dan  macam  macam vitamin. Kandungan protein cumi cumi cukup tinggi yaitu 17,9 g/100gr cumi segar. Daging cumi – cumi memiliki kelebihan dibanding dengan hasil laut lain yaitu tidak ada tulang belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh.
Permasalahan yang sering muncul pada usaha di bidang kuliner adalah adanya penggunaan Monosodium Glutamate  (MSG). Menurut Michelle Schoffro dari Cook for Rodale Wellness, Monosodium Glutamate  (MSG) berkaitan dengan banyak kondisi kesehatan yang serius. Termasuk keseimbangan hormon, berat badan, kerusakan otak, kegemukan, sakit kepala. Penggunaan Monosodium Glutamate  (MSG) bukan hanya merusak otak tetapi juga bisa melemahkan fungsi otak. Beberapa riset mengaitkan Monosodium Glutamate  (MSG) dengan penyakit




Parkinson. Melihat banyaknya dampak negatif dari Monosodium Glutamate (MSG), cumi – cumi dapat dimanfaatkan sebagai pengganti Monosodium Glutamate  (MSG) terutama dengan melakukan optimalisasi tinta cumi.
Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi kelautan dan perikanan yang melimpah khususnya tangkapan cumi –cumi, akan tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan terkenalnya Sulawesi Tengah sebagai provinsi pemasok cumi – cumi di tingkat  nasional.  Rendahnya  usaha  yang  merujuk  pada  pengolahan  hasil  laut seperti  cumi   cumi  di  Sulawesi  Tengah  di  karenakan  masyarakat  Sulawesi Tengah lebih cenderung bergerak pada bidang industri, misalnya industri batu akik yang menjamur di Palu. Rendahnya usaha yang bergerak dalam sektor kelautan dan perikanan berdampak pada rendahnya usaha yang bergerak dalam pengelolaan limbah hasil sektor kelautan dan perikanan khususnya cumi cumi di Sulawesi Tengah. Padahal usaha yang bergerak dalam bidang kelautan dan perikanan akan mempengaruhi perekonomian nasional.
Pertumbuhan industri di sektor makanan dan minuman di Indonesia terbilang cukup baik. Kontribusi industri makanan dan minuman terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga terbilang yang tertinggi dibandingkan sektor industri lainnya. Kontribusi industri makanan dan minuman terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp 540 triliun. Sektor industri ini memberikan salah satu sumbangan terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Industri makanan dan minuman nasional mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,19 persen pada triwulan II tahun 2017.
Perekonomian di Sulawesi Tengah pada awal tahun 2017 mencapai pertumbuhan sebesar 3,91 persen. Namun dalam pertumbuhan tersebut peran kelautan dan perikanan serta industri kuliner perikanan masih sangat rendah. Padahal perekonomian di Sulawesi Tengah juga berpengaruh terhadap perkonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional mengalami kenaikan pertama  kali  dalam  lima  tahun  terakhir,  hal  tersebut  menggambarkan  bahwa negara  Indonesia  masih  terus  mengalami  pertumbuhan  ekonomi  dan membutuhkan optimalisasi potensi negara Indonesia guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Data Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2016 mencapai  5,02  persen  dari  4,9  persen  di  tahun  2015.  Indonesia  memerlukan




program – program yang memberdayakan potensi lokal yang dimiliki terutama dalam sektor kelautan dan perikanan yang menjadi kekayaan negara Indonesia agar kenaikan perekonomian Indonesia terus terjadi dan kesejahteraan nasional dapat tercapai.
Berkaitan dengan pemberdayaan potensi lokal di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah memiliki jumlah hasil tangkapan cumi cumi yang melimpah, akan tetapi banyaknya potensi tangkapan cumi cumi di Sulawesi Tengah tidak di iringi dengan pengolahan secara optimal. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo, hasil tangkapan cumi cumi di Sulawesi tengah sebagian besar di jual di pasar dan sebagian lagi ditampung oleh pembeli cumi – cumi yang umumnya beroperasi di Kabupaten Banggai.
Kurang maksimalnya optimalisasi cumi – cumi menandakan bahwa pengolahan terhadap limbah yang dihasilkan oleh cumi cumi juga masih sangat minim.  Cumi cumi mampu menghasilkan limbah berupa tinta yang biasanya hanya dibuang oleh masyarakat Sulawesi Tengah, padahal tinta cumi cumi apabila dioptimalkan akan mendatangkan profit bagi masyarakat. Perlu diketahui bahwa kandungan dalam tinta cumi cumi sangat baik bagi kesehatan. Menurut hasil penelitian di Handong University's School of Ocean Sciences, ternyata kandungan zat pada tinta cumi cumi berupa protein anti kanker dapat memperlambat  pertumbuhan  sel  tumor.  Kandungan  tinta  cumi   cumi  yang berupa melanin menyebabkan tinta cumi cumi berwarna hitam, melanin amat bermanfaat  untuk  melindungi  tubuh  dari  radiasi  matahari  yang  berbahaya, misalnya ultraviolet.
Selain dalam dunia kesehatan, tinta cumi cumi juga memiliki peranan positif pada bidang kuliner. Hal tersebut karena tinta cumi cumi mengandung asam glutamat dan asam amino yang memberikan rasa gurih dan sedikit asin seperti saus ikan. Oleh karena itu tinta cumi cumi dapat digunakan untuk penambah rasa alami pada hidangan yang menggantikan kedudukan Monosodium Glutamate  (MSG). Monosodium Glutamate  (MSG) adalah penyedap rasa yang dipakai di seluruh dunia yang tujuannya untuk meningkatkan citarasa sebuah masakan agar menjadi lebih nikmat. Berdasarkan riset, penggunaan Monosodium Glutamate    (MSG)  secara  terus  menerus  akan  menimbulkan  bahaya  seperti,




Monosodium Glutamate   (MSG) dapat menyebabkan gemuk, Monosodium Glutamate  (MSG) dapat menyebabkan kerusakan otak, Monosodium Glutamate (MSG) dapat memacu peradangan hati, Monosodium Glutamate  (MSG) dapat memperlambat perkembangan kecerdasan anak, dan masih banyak lagi bahaya Monosodium Glutamate   (MSG)   yang siap menjemput penggunanya. Berkaca pada bahaya penggunaan Monosodium Glutamate   (MSG), tinta cumi cumi dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti Monosodium Glutamate  (MSG) pada makanan.
Potensi cumi cumi yang melimpah di Sulawesi Tengah adalah aset yang dapat dioptimalkan guna meningkatkan perekonomian Sulawesi Tengah. Di Sulawesi Tengah cumi cumi dapat meningkatkan perekonomian dikarenakan jumlahnya  yang  melimpah  sehingga  untuk  memperolehnya  tidak  dibutuhkan biaya tambahan lagi serta hasil tangkapan cumi – cumi memiliki nilai ekonomi yang dapat membantu perekonomian masyarakat Sulawesi Tengah. Pengolahan cumi cumi menjadi sate dengan bumbu tinta cumi cumi  atau bisa disebut CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” menjadi salah satu langkah yang dapat meningkatkan perekonomian di Sulawesi Tengah. Sate CUCU BUTI “Cumi
Cumi Bumbu Tinta”   dapat dijadikan sebagai kuliner khas Sulawesi Tengah yang wajib dinikmati ketika berkunjung di provinsi tersebut. Banyaknya usaha yang  bergerak  di  bidang  kuliner  yang  menyediakan  menu  sate  CUCU  BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” akan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dari provinsi Sulawesi Tengah. Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.
CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta”  merupakan kuliner yang memiliki kompetitif dengan kuliner lain, hal tersebut dapat digambarkan dari kelebihan – kelebihan yang dimiliki kuliner sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu  Tinta dibandingkan  dengan  kuliner  lainnya.  Pertama,  CUCU  BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” merupakan olahan cumi cumi dalam bentuk sate yang diberi bumbu dengan bahan baku tinta cumi cumi, hal ini berarti bahwa kuliner CUCU BUTI Cumi Cumi Bumbu Tinta” berusaha untuk mengangkat potensi lokal yang dimiliki Sulawesi Tengah yaitu cumi cumi dan tintanya yang saat ini masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat Sulawesi Tengah. Kedua, CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” merupakan kuliner non Monosodium Glutamate   (MSG) karena penggunaan bumbu tinta cumi cumi dapat menggantikan peran dari Monosodium Glutamate  (MSG) pada makanan, oleh sebab itu dapat dikatakan CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” merupakan trobosan kuliner yang mengutamakan aspek kesehatan para konsumennya. Ketiga, CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” belum ada di daerah Sulawesi Tengah sehingga kuliner ini dapat dijadikan sebagai kuliner khas Sulawesi Tengah. Keempat adalah CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” banyak mengandung manfaat bagi kesehatan tubuh dan yang kelima yaitu sate CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta”   merupakan makanan yang dapat dikatakan merakyat, sehingga hampir seluruh golongan masyarakat khususnya masyarakat Sulawesi Tengah dapat menikmati sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta”. Dari sederet kelebihan yang dimiliki sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” terdapat sedikit kelemahan yaitu sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” merupakan kuliner baru di masyarakat Sulawesi Tengah, sehingga butuh waktu dalam proses aktualisasinya kepada masyarakat.
Pembuatan sate CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, hal ini bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan pengolahan cumi cumi sehingga produk kuliner berbahan baku cumi cumi dapat dengan mudah menjamur di Sulawesi Tengah. Pembuatan CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” dibedakan menjadi 2 proses pembuatan yaitu pengolahan  cumi cumi dan pembuatan bumbu tinta. Pembuatan bumbu tinta diawali dengan memisahkan kantung tinta dari cumi – cumi.  Pertama, memastikan cumi - cumi sudah dalam keadaan mati, caranya dengan memotong bagian kepala cumi. Kemudian membelah tubuh cumi – cumi menggunakan  gunting  kemudian  memeriksa  bagian  dalam  perut  cumi.  Jika melihat bagian kantung kecil yang berwarna gelap, itu adalah kantung penyimpanan tinta cumi cumi. Gunting kedua ujung kantung ini secara hati-hati. Ambil kantung tinta dan sisihkan pada wadah yang berbeda. Tinta segar dari cumi
cumi ini siap diolah menjadi campuran makanan. Untuk membuat bumbu tinta bahan bahan yang diperlukan adalah 7 siung bawang merah ukuran kecil, 3




siuang bawang putih, 2 buah kemiri, 4 buah cabe rawit atau sesuai selera, 2 sdm saos tiram, garam secukupnya, air jeruk nipis, dan tinta cumi cumi. Langkah pembuatan bumbu tinta adalah kantung tinta cumi cumi yang telah dipisahkan dari tubuh cumi cumi direbus bersamaan dengan rempah rempah yang telah disediakan kemudian ditambahkan saos tiram sebagai tambahan rasa pada bumbu
tinta.

Pembuatan sate cumi cumi dalam satu porsi membutuhkan sebanyak 250 gr  cumi   cumi,  2  sdm  minyak  goreng  dan  untuk  bumbu  rendaman  sate dibutuhkan 3 siung bawang putih, 3 siung bawang merah, sebungkus bon cabe, 1 sdm gula merah, dan garam secukupnya. Langkah pembuatan sate cumi cumi diawali  dengan  membersihkan  cumi   cumi  atau  memisahkan  cumi   cumi dengan tintanya, kemudian menghaluskan bumbu rendaman dan merendam cumi
cumi selama 30 menit di dalam kulkas, kemudian menusuk nusuk cumi – cumi menjadi bentuk sate. Bumbu rendaman yang tersisa dapat ditambahkan minyak goreng dan gunakan sebagai bahan olesan selama proses pemanggangan. Selanjutnya cumi – cumi yang telah ditusuk – tusuk dipangang di atas teflon ataupun pangangan hingga cumi cumi matang. Sate cumi – cumi yang telah dipanggang disajikan bersamaan dengan bumbu tinta yang telah dibuat dan sate CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” siap untuk dinikmati.
Kuliner  sate  CUCU  BUTI  “Cumi   Cumi  Bumbu  Tinta merupakan kuliner yang berusaha untuk mengangkat potensi lokal yang ada di Sulawesi Tengah yaitu cumi cumi. Adanya CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” mendatangkan berbagai hal positif yang dapat dirasakan masyarakat di Sulawesi Tengah diantaranya yaitu, dalam bidang kesehatan CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” dapat menjadi pilihan kuliner yang menyehatkan yang dapat dikonsumsi masyarakat. Selain itu, adanya CUCU BUTICumi Cumi Bumbu Tinta”  akan  memunculkan  usaha   usaha  baru  dibidang  kuliner  yang  pada akhirnya akan menambah pendapatan bagi masyarakat di Sulawesi Tengah.
Sate CUCU BUTI “Cumi – Cumi Bumbu Tinta” merupakan salah satu inovasi terbaru dalam dunia kuliner khususnya di Sulawesi Tengah. CUCU BUTI “Cum –   Cumi   Bumbu   Tinta”   tidak   hanya   mendatangkan   manfaat   bagi masyarakat, bahkan pemerintah juga memperoleh manfaat dari adanya CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” sebagai kuliner khas di Sulawesi Tengah salah satunya yaitu  CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” dapat dijadikan sebagai media mengimplementasikan strategi ekonomi kreatif. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari adanya kuliner sate CUCU BUTI Cumi – Cumi Bumbu Tinta” adalah dapat digunakan sebagai media untuk   menjaga kearifan  lokal.  Kearifan  lokal  yang  dimaksud  adalah  identitas  suatu    daerah berupa kebenaran yang telah tertanam dalam suatu daerah khususnya provinsi Sulawesi  Tengah.  Sate    CUCU  BUTI  “Cumi   Cumi  Bumbu  Tinta”  dapat menjaga kearifan lokal di Sulawesi Tengah sebab bahan baku kuliner ini menggunakan hasil laut di Sulawesi Tengah dan pengolahan terhadap tinta cumi – cumi dapat bernilai keunikan yang kuliner khas dari Sulawesi Tengah. Selain itu, sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, perkembangan kuliner akan menciptakan banyak pasar baru, sehingga secara langsung akan menciptakan adanya ketersediannya lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Apalagi jika pemerintah bisa mendorong berbagai sektor industri makanan dan minuman untuk ikut terlibat dalam menciptakan hasil kuliner yang semakin berkualitas sehingga bisa memperluas pasar, maka dengan adanya kebijakan ini kebutuhan akan tenaga kerja juga akan semakin meningkat. Meningkatnya lapangan kerja tentu akan berdampak pada berkurangnya tingkat kemiskinan masyarakat di Sulawesi Tengah.
Kuliner sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” memberikan peluang terciptanya usaha usaha di bidang kuliner di Sulawesi Tengah, bergeraknya roda perekonomian di Sulawesi Tengah juga dipengaruhi oleh sektor kelautan dan perikanan, terlebih lagi sektor kelautan dan perikanan merupakan potensi terbesar di Sulawesi Tengah. Adanya potensi kelautan dan perikanan di Sulawesi Tengah memacu pertumbuhan sektor kuliner yang menjadikan hasil kelautan dan perikanan sebagai bahan baku utamanya. Usaha usaha dibidang kuliner tersebut akan menambah pamasukan bagi Sulawesi Tengah sehingga akan berdampak pada peningkatan Produk Domestik Bruto di Sulawesi Tengah.
Optimalisasi terhadap potensi tangkapan cumi cumi yang melimpah di Sulawesi Tengah merupakan langkah yang strategis guna mencapai peningkatan perekonomian nasional. Salah satu implementasi pengolahan cumi cumi adalah




sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” yang dapat dijadikan sebagai kuliner  khas  Sulawesi  Tengah.  Kuliner  CUCU  BUTI  “Cumi   Cumi  Bumbu Tinta” memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan baik dalam bidang kesehatan maupun sosial kemsyarakatan. Optimalisasi cumi cumi melalui sate CUCU BUTI “Cumi Cumi Bumbu Tinta” dapat membuka peluang usaha di Sulawesi Tengah dan akan berdampak pada perekonomian di Sulawesi Tengah. Akan tetapi dibutuhkan sinergitas peranan dari berbagai pihak baik nelayan, masyarakat, dan pemerintah dalam pelaksanaannya sehingga selain meningkatkan perekonomian Sulawesi Tengah CUCU BUTI Cumi Cumi Bumbu Tinta” juga dapat meningkatkan perekonomian nasional.


Daftar Pustaka



Buku:

Sampul, Maria R. 2001. Variasi Olahan Cumi- Cumi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.



Internet:
Anonim. 2017. Sulteng Memiliki 69.476 Nelayan. Dalam http://sultengraya.com/2017/04/04/sulteng-miliki-69-476-nelayan/ diakses pada 07 November 2017 pukul 08.54 WIB.



               2017.   Perkembangan   Usaha   Restoran/   Rumah   Makan   Berskala Menengah dan Besar Tahun 2007 2010, dalam http://www.budpar.go.id/userfiles/file/rekaprestoran2007-2010.pdf  diakses  pada
07 November 2017 pukul 09.04 WIB.


BPS. 2012. Data Strategis BPS 2012. Badan Pusat Statistik


Investor Daily. 2012. Kuliner Beri Pendapatan Terbesar Bagi Industri Kreatif.


Semoga Bermanfaat :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN: Hujan Cinta

PENGALAMAN TES MANAGEMENT DEVELOPMENT PROGRAM (MDP) BERUJUNG PURCHASING PADA PT. PAN BROTHERS, TBK